Blogger Jateng

WISATA BATUJAYA KARAWANG JAWA BARAT









Di Jawa Barat pun memliki peninggalan sejarah masa lalu. Buktinya di Karawang ditemukan situs Batujaya yang mengisahkan masa-masa keemasan kerajaan Tarumanegara dibawah pemerintahan Raja Purnawarman. Lalu sejauh mana catatan-catatan sejarah yang menguak kisah kejayaan Tarumanegara?
Situs atau Candi Batu Jaya memang belum terkenal sebagaimana bangunan bersejarah lainnya seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Jawa Tengah. Namun, Candi Batu Jaya menyimpan warisan budaya yang tak kalah luhurnya. Candi ini berada di dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Pakis Jaya dan Kecamatan Batu Jaya, Kabupaten Karawang. Lokasi yang dapat ditempuh dengan dua jam berkendaraan dari Jakarta ini, menyimpan potensi pariwisata budaya yang cukup besar.

Secara administrasi situs Baturaja berada di dua desa, yaitu Desa Segaran Baturaja, Kecamatan Baturaja dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Situs ini terletak pada areal-areal perumahan dan sebagian pada pemukiman penduduk dengan jarak sekitar 45 km di sebelah timur Jakarta (Tanjung Priok) dan sekitar 6 km dari pantai utara Jawa Barat. Situs ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dari Ibukota Kabupaten dan ibukota kecamatan
Kompleks Candi Batu Jaya tidak terlihat begitu mencolok, karena letaknya ada di tengah-tengah hamparan sawah yang dikelilingi oleh pemukiman penduduk. Untuk mencapainya, dari jalan utama, harus memasuki jalan desa sepanjang kurang lebih 100 m dan berujung di tepian sawah. Di sekelilingnya terdapat beberapa bangunan tempat penyimpanan temuan benda purbakala.
Hingga saat ini belum diketahui, mengapa Situs Candi Batu Jaya ini dapat terkubur lapisan tanah sedalam 60-100 cm dan membentuk unur-unur atau gundukan. Apakah dari faktor alam, seperti misalnya letusan gunung api yang besar, kiriman lumpur banjir Sungai Citarum, akibat perang ataukah karena sebab yang lainnya. Berdasar penelitian para arkeolog dari berbagai lembaga, unur yang di dalamnya diduga juga terdapat bangunan candi pada kawasan ini, berjumlah lebih dari 30 buah. Unur ini tersebar di berbagai lokasi dengan luas total area mencapai kurang lebih 25 km2. Sampai dengan saat ini baru 11 candi yang sudah di teliti (ekskavasi).

Hingga saat ini penelitian di kompleks Candi Batu Jaya masih terus dilakukan sedikit demi sedikit. Beberapa bangunan candi lain yang saat ini sedang diteliti adalah bentuk yang diduga hunian dan permukiman di Unur Lempeng. Apabila penelitian ini dapat dilakukan secara menyeluruh ke semua kawasan yang diduga masih terdapat peninggalan bangunan candi yang lainnya, dipercaya kompleks ini merupakan situs percandian terluas dan tertua di Asia.
Pada hari-hari tertentu, tempat ini mulai digunakan sebagai tempat upacara besar bagi penganut agama Budha. Beberapa fasilitas seperti Museum Batu Jaya, maupun pendopo juga sudah dibangun untuk melengkapi fasilitas kepariwisataan budaya di daerah ini. Perhatian dan kepedulian pemerintah tentunya masih sangat diperlukan untuk memugar dan mengembangkan penelitan di kawasan ini. Karena selain menyimpan aset pariwisata sejarah dan budaya yang luar biasa besar, pelestarian benda-benda sejarah merupakan cerminan perhatian dan bentuk

Masa Kejayaan Tarumanegara
Candi Batu Jaya merupakan bagian dari situs kompleks Candi Budha Mahayana yang didirikan sekitar  abad 3 atau 4 Masehi, jauh lebih tua dan lebih luas dari Kompleks Candi Budha Borobudur di Jawa Tengah yang didirikan pada sekitar abad ke 8 Masehi. Bahkan mungkin merupakan bangunan candi tertua di Pulau Jawa. Dari hasil penelitian dengan menggunakan media radiometri carbon, diperkirakan benda-benda bersejarah ini berasal dari abad ke 2. Terdapat pula temuan tembikar Arikamedu yang sebenarnya berasal dari pelabuhan kuno di India Selatan pada abad ke 1.
Posisi Candi Batu Jaya terletak sekitar 500 m dari aliran utama Sungai Citarum Hilir yang memecah menjadi 3 sungai yaitu Sungai Bungin, Sungai Balukluk, dan Kali Muara Gembong sebelum bermuara di Laut Jawa. Wilayah ini mempunyai posisi strategis sebagai wilayah perlintasan bagi pelayaran nasional dan internasional India – Cina. Menurut arkeolog Clodeus Potinus, diperkirakan pada abad 2-3 Masehi, kawasan pesisir Pulau Jawa sudah tumbuh menjadi kawasan permukiman dan berkembang kegiatan perekonomian terutama perdagangan. Kawasan ini kemudian berkembang menjadi bandar-bandar pelabuhan dan memegang peranan penting bagi perkembangan sosial ekonomi masyarakat Sunda kuno.
Keberadaan Candi Batu Jaya ini diperkirakan muncul akibat adanya aktivitas perdagangan internasional dan didorong oleh perkembangan Kerajaan Tarumanegara pada masa itu. Dugaan bahwa Candi Batu Jaya terkait erat dengan masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara sebagai kerajaan Hindu terbesar saat itu, dikaitkan dengan berbagai catatan-catatan sejarah yang dikumpulkan. Sumber-sumber tertulis berupa prasasti, antara lain prasasti Ciaruteun, Pasir Koleangkak, Kebon Kopi, serta prasasti Tugu mengatakan bahwa Daerah Batu Jaya dan Cibuaya dahulu termasuk wilayah kekuasaan kerajaan Tarumanagara.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli sejarah, menemukan kerajaan Tarumanegara meninggalkan banyak prasasti di antaranya : 1). Ciaruteun, 2). Prasasti Kebon Kopi, 3). Prasasti Tugu, 4). Prasasti Jambu. Di dalam prasasti Ciaruteun terdapat lukisan dua tapak kaki sang Raja Purnawarman yang disamakan dengan tapak kaki Dewa Wisnu. Hal ini memberikan pertanda Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara adalah penganut ajaran agama Hindu.
Sebagaimana kita ketahui, Dewa Wisnu dalam konsepsi ketuhanan agama Hindu merupakan manifestasi Hyang Widhi/Tuhan sebagai Dewa Kemakmuran. Pada prasasti Kebon Kopi terdapat gambaran telapak kaki Gajah tunggangan Sang Raja yang dikatakan sebagai tapak kaki Airawata (Gajah Dewa Indra). Di dalam Prasasti Tugu yang terdapat di Jakarta menyebutkan bahwa Raja Purnawarman dalam tahun pemerintahannya yang ke-22 telah menggali sebuah sungai yang bernama Sungai Gomati. Sungai ini memiliki panjang 6122 busur (kurang lebih 12 km) dalam waktu 21 hari dan pekerjaan ini ditutup dengan upacara kurban memberi hadiah sebanyak 1000 ekor lembu kepada para Brahmana.

Di samping itu prasasti Tugu juga menyebutkan tentang adanya nama Candra Bhoga. Nama itu melalui etimologi disamakan dengan nama Bekasi sekarang yang diduga sebagai pusat Kerajaan Tarumanegara, secara geografis daerah Bekasi berdekatan dengan daerah Batujaya hanya dipisahkan dengan aliran sungai Citarum. Dengan demikian tinggalan kepurbakalaan situs Batujaya boleh jadi erat hubungannya dengan kerajaan Tarumanegara di masa lampau.





Posting Komentar untuk "WISATA BATUJAYA KARAWANG JAWA BARAT"