Selain terkenal Kuliner dan buah tangan khas garut juga Wisata Alami dan Non-Alaminya seperti Papandayan, Cipanas, Situ Bagendit, Curug Orok, Pantai Santolo, Curug Sanghyang Taraje, Pemandian Darajat dan destinasi wisata lainnya. Garut juga memiliki sisi dari nilai budaya yang masih dipegang erat oleh warganya. Banyak kampung atau desa yang masih memegang erat nilai budaya, adat, norma, dan etika. Dan kali ini saya akan mengexplore salah satu kampung yang cukup terkenal di daerah Garut Selatan. Kampung Dukuh itulah nama sebuah perkampungan yang sangat kental dengan ajaran-ajaran agama islam. Kampung ini berada di Desa Ciroyom, Kec. Cikelet, Garut, Jawa Barat. Kehidupan yang ada dikampung ini sangatlah sederhana baik dalam segi bangunan rumah adat, pakaian, sampai bahasa dan prilaku tingkah pola masyarakatnya. Jika anda akan berkunjung ke kampung ini kita perlu mengetahui pantangan-pantangan yang ada di kampung dukuh, seperti antara laki-laki dan perempuan tidak boleh terlalu dekat, tidak boleh bicara ketika sedang makan, tidak boleh menyelonjorkan kaki kea rah utara, harus memakai baju polos (tidak boleh bercorak atau bergambar) ketika berziarah, dan tidak boleh menggunakan peralatan elektronik.
Ada 42 susun rumah yang terdapat di sini
yang selalu mematuhi pantangan-pantangan tersebut. Pantangan laki-laki
dan perempuan yang tidak boleh berdekatan adalah antara kaum adam dan
kaum hawa yang bukan muhrimnya harus menjaga hijab ini karena didasarkan
sesuai dengan syari’at Islam. Pantangan menyelonjorkan kaki ke arah
utara, ini dikarenakan di sebelah selatan kampung ini terdapat sebuah
makam ulama yang bernama Syekh Abdul Jalil, sang juru kunci yang juga
pendiri kampung ini. Pantangan itu diberlakukan untuk menghormati Syekh
Abdul Jalil. Selain makam Syekh Abdul Jalil disana juga terdapat makam
Hasan Husein, Makam Kuncen, dan TPU warga sekitar Kampung Dukuh. Setiap
hari sabtu warga disini selalu rutin berziarah ke makam karomah dengan
dipimpin oleh sang Kuncen (Juru Kunci). Ada juga beberapa larangan saat
melakukan ziarah. Diantaranya untuk kaum perempuan yang sedang haid
(datang bulan) dilarang melakukan ziarah, tidak memakai perhiasan, juga
tidak diperkenankan untuk memakai pakaian dalam. Hal ini dilakukan
sebagai tanda kesederhanaan. Kesederhanaan ini sudah menjadi kebiasaan
warga kampung.
Selain
itu dikampung ini juga tidak ada peralatan elektronik, bahkan saat
malam hari datang sebagai salah satu penerangan hanya menggunakan lampu
cempor. Ada keunikan tersendiri untuk shalat wajib lima waktu disini,
yaitu panggilan untuk warga kampung dengan perantara sebuah bedug besar
yang ada di masjid kampung dukuh. Pukulan yang pertama bedug dipukul
satu kali, ini menandakan seluruh warga kampung bersiap-siap pergi ke
masjid, pukulan kedua bedug dipukul dua kali menandakan jama’ah sudah
ada di dalam masjid untuk melakukan shalat sunnah. Dan pukulan terakhir
bedug ditabuh tiga kali menandakan semua sudah siap untuk melaksanakan
shalat berjamaah. Bangunan masjid ini terbuat dari bambu dan beratapkan
ijuk, alang-alan atau juga tepus, dan ini mirip seperti halnya rumah
warga. Dan yang membedakan masjid dan rumah warga ialah ukuran masjid
yang lebih besar dari rumah warga. Namun ada juga bangunan yang lebih
besar dari masjid yaitu Bale Adat yang mana adalah kediaman sang kuncen
(Juru Kunci). Tempat ini sekarang biasanya digunakan untuk anak-anak
mengaji disiang hari setelah shalat dzuhur.Ada juga toilet umum yang
juga sederhana, terbuat dari bambu yang dirangkai dan memiliki beberapa
pancuran. Dibawah toilet ini terdapat sebuah kolam ikan yang cukup
besar. Ikan-ikan ini digunakan sebagai pengurai kotoran manusia yang
dibuang langsung dari toilet ke kolam.
Sikap sopan santun, ramah tamah, dan
kesederhanaan dari warga kampung dukuh mencerminkan sikap budaya sunda
yang terkenal dengan ramah kepada sesama. Para warga dikampung ini
berusaha menyelaraskan kehidupan sosial dan budaya dengan prilaku
menghormati alam, dua hal inilah yang patut ditiru oleh masyarakat
perkotaan. Namun tidak semua kebiasaan yang dilakukan warga Kampung Dukuh dapat diterapkan. Islam itu memang sederhana namun bisa berkembang seiring dengan teknologi sekarang ini.
Posting Komentar untuk "WISATA KAMPUNG DUKUH GARUT SELATAN"