Blogger Jateng

SEJARAH DAN KEINDAHAN GUNUNG WAYANG PAKENJEUNG GARUT

GUNUNG WAYANG sebuah batu besar tampak menjulang di Kecamatan Pakenjeng. Warga sekitar menyebutnya Gunung Wayang. Gunung setinggi sekitar 2.000 meter dan luas 2,5 hektar itu diyakini sebagai “karuhun” tokoh pewayangan.
Jarak tempuh dari Kota Garut atau dari Pantai Rancabuaya Kecamatan Caringin (melalui BungĂ‚­bulang) pun cukup 2,5 jam-an dengan kondisi jalan cukup bagus. Menurut warga dalang kondang Asep Sunandar almarhum pernah berguru di gunung itu. Informasi itu tidak dibantah juru kunci, Tasdik (80) yang tinggal tidak jauh dari gunung.
Menurut Tasdik, disebut Gunung Wayang karena setiap malam Selasa dan Jum’at acapkali terdengar gamelan pengiring pementasan wayang. Namun, suara gamelan itu kini sudah tidak terdengar lagi seiring ramainya perkampungan.
“Kapungkur eta ge, ayeuna mah teu aya, tos rame,” ujarnya.
Konon, siapa saja yang akan pentas melewati gunung tersebut selalu mendapat halangan. Dari Garut sampai enam kali akan ke Bungbulang, selalu tidak jadi.
“Aya wae gangguan, upamana wae sindenna gering atawa tukang gamelanna kacilakaan,” tuturnya.
Namun setelah mendoakan Dalem Darpa Wayang (penunggu Gunung Wayang), dalang dan kru pementasan ke Garut Selatan menjadi lancar.
“Makana dugi kadua kalina Asep Sunandar mah kadieu. Anjeunna sok ziarah,” ucap Tasdik yang mengaku sudah dua kali ke rumah Asep Sunandar Sunarya di Bandung.
Bisa sampai ke puncak Gunung tidaklah sulit. Dengan jalan kaki 25 menitan, akan dijumpai sejumlah bebatuan, perkebunan warga dan tempat ziarah makam Embah Dalem. Akan tetapi, kondisi Gunung Wayang sekarang sangat mengkhawatirkan karena ada saja tangan-tangan jahil penambang batu dan penebas pepohonan.
“Untung tos dilarang Pemda, jadi kaaslian batu na kajaga keneh,” katanya seraya menyebut nama Putri Teja Nirmala yang legendaris.

Posting Komentar untuk "SEJARAH DAN KEINDAHAN GUNUNG WAYANG PAKENJEUNG GARUT"